Baca Novel Baru Baca Novel RANIA

Novel Canting Fissilmi Hamida Best Seller

Novel Canting Fissilmi Hamida


Saat ini novel Canting sudah menjadi novel Best Seller. Sebelum masa launchingnya saja sudah ribuan yang mengantri novel yang penuh dengan inspirasi ini. Seperti novel Bidadari untuk Dewa yang sebelumnya telah berhasil menjadi Mega Best Seller. Novel canting ini tidak pernah sepi dari pemesannya. Langsung via WA

Order Canting via WA

Novel CANTING

karya; Fissilmi hamida
Tebal ; 358 halaman
Penerbit : KMO Indonesia Publishing

Di Balik Layar Novel Canting

Saat kamu sulit berkonsentrasi, kenapa tak membaca novel best seller? Ya, sebab membaca novel membutuhkan konsentrasi lumayan tinggi, supaya alur cerita dapat dimengerti dengan baik. Jangan khawatir, meskipun harus konsentrasi, tapi konsentrasi yang mengasikan, lho.

Dan bila kamu butuh novel keren yang bikin kamu bahagia, ada nihnovel Fissilmi Hamida, Canting yang fenomenal. Sebab seribu lebih wanita sudah meluangkan waktu untuk membacanya. sehingga menjadi novel best seller wattpad.

Saat ini giliran kamu dong.
Kenapa harus novel Canting? Ya sebab membaca buku novel terbaru Canting seperti kita sedang pulang kampung ke Jogja. Kota pelajar yang budayanya masih sangat kental dan tetap dipertahankan. Canting berlatar belakang Jogja yang romantis serta penuh filosofi hidup yang dapat kamu ambil hikmahnya.

Canting batik yang mempunyai unsur budaya, seolah menggoreskan romantika kehidupan dua insan dengan tokoh sentral Hadi dan sekar. Berisi Cinta sejati dan sajian struktur bahasa yang elok, sehingga laik menjadi novel terbaik Indonesia.

Unsur eksintrik novel canting membuat KMO Publishing Komunitas Menulis Online meminangnya, sebab yakin kalau novel canting ini akan menjadi novel terbaik di Indonesia.

Novel best seller, Novel cinta Sejati, Novel canting, novel fissilmi hamida, novel romantis, novel cinta, novel best seller 2018, unsur budaya, canting batik, buku novel terbaru, romantika kehidupan, novel terbaik indonesia, fissilmi hamidah blog penulis wattpad, komunitas menulis, komunitas menulis online, kelebihan novel canting, unsur eksintrik novel canting, novel best seller wattpad, cinta dan pengorbanan

Judul Novel : Canting (gusti paring pitedah, dapat liwat bungah, dapat liwat susah)
Karya : Fissilmi Hamida
Terbitan : KMO Indonesia
Genre : Javanese romance
Latar : Yogyakarta dan Inggris


Order Novel Canting Fissilmi Hamida Best Seller

Beberapa review Novel Canting Fissilmi Hamida

Geliat sastra beberapa tahun terakhir tengah tumbuh mekar kembali dalam ranah literasi. Di antara pusaran gejolak sosial, seperti maraknya pemberitaan hoax, SARA, radikalisme, terorisme, sastra hadir mengajak kita untuk berbudi pekerti yang luhur dengan kelembutan bahasa, meresapi setiap makna hakiki yang terkandung dalam kehidupan ini, ada keteraturan seni yang sangat artistik, perenungan panjang, penyatuan jiwa terhadap Tuhan, alam dan proses kehidupan yang ada. Bila biasanya kita mengenal rupa novel lewat karya beberapa penulis yang sedang booming misal Dee Lestari, Mery Riana, Asma Nadia, maupun puisi-puisi dari Sapardi Djoko Damono, Roman Picisan yang dihidupkan kembali.

Saat ini Fissilmi Hamida hadir mengajak kira untuk mengenal lebih dekat tentang Jawa, budayanya, daerahnya, keseniannya, semua tertuang lewat novel karyanya bernama, “Canting”. Dalam novel ini tokoh utama diperankan oleh Sekar Kinasih dan Hadi Suwito, tokoh antagonis diperankan oleh dr. ajeng (Rahajeng Sukmawati) dan bapaknya sekar serta tritagonis (peran pendukung) dimainkan oleh simbok, kanjeng ibu sundari, haryo, ratri, airlangga, eldo, ferdi dan mahasiswa Queen Mary.
Kisah dalam novel ini dimulai oleh bapaknya sekar yang menjodohkannya dengan Hadi Suwito (usia 28 tahun, anak tunggal dari mantan lurah desa Sardonoharjo yang sekaligus pemilik the House of Sundari, lulusan MBA fak. Ekonomi dan Bisnis UGM serta Double Degree jurusan MSc International Bussiness di Queen Mary University of London, Merylebone).

Awalnya sekar tak sepakat dinikahkan muda sebab ia tak mau seperti temannya yang cuma berakhir di dapur, sumur dan kasur. Namun simbok menasehati dengan filsafat Jawa tentang wanita. Dalam budaya Jawa, wanita mempunyai tiga sebutan yakni wadon, wanito dan estri. Bahwa sejatinya kodrat wanita menjadi pelayan suaminya namun sesuai hak dan perannya sebagi istri serta ibu yang mendidik anak-anaknya agar saleh, pintar dan rajin. Sehebat-hebatnya suami, ada peran dan dorongan dari istri di belakangnya. Simbok pula berujar, “Dedalane guna kawan sekti, kudu andhap asor, wani ngalah dhuwur wekasane, tumangkula yen dipun dukani, bapang den simpangi, ana catur mungkur.” Diambil dari tembang macapat sekar mijil yang artinya terlahir kembali.

Jarak umur antara sekar dan hadi terpaut 10 tahun. Hadi sudah sejak kecil kenal ketika ibu sekar jadi rewang keluarganya. Seringkali hadi mengajari matematika kepada sekar dan bahkan kerap berboncengan ketika sekolah. Setelah dewasa hadi mulai menyukai sekar terlebih ketika sekar melukis batik motif truntum –yang diambil dari kisah Sri Susuhunan Pakubuwono III dengan Ratu Beruk– dengan elok.

Kangjeng ibu yang adalah ibu dari hadi merestui hadi untuk dengan sekar. Hadi adalah orang yang sangat romatis, teduh hatinya, sabar, ngemong, mengayomi, dan pula cerdas.

Satu saat hadi mengajak sekar dan mengulurkan sebuah cincin pertunangan yang sengaja dipesannya dua bulan sebelum kelulusannya dari Qeen Mary di kota Bringhton dengan jenis logam langka zirkonium yang tahan api dan panas bertuliskan sekar hadi. Ia berkata,”Gegaraning wong akrami, dudu bandha, dudu rupa, amung ati pawitane.” Adalah tembang asmarandhana yang artinya sekar aku tak peduli tentang harta, rupa, atau status sosialmu, sebab yang aku lihat ialah hatimu. “Menikahlah denganku,” katanya. Lalu dilanjutkan “Lelaraning lara, ora kaya wong kang nandhang wuyung, mangan ora doyan, ora jenak dolan, ning omah bingung” (ciptaan Ismanto 1960an) yang artinya sakitnya sakit, tidak sebanding dengan sakitnya orang yang sedang jatuh cinta. Tidak enak rasanya untuk dimakan, tidak nyaman rasanya untuk jalan-jalan, saat di hunian dilanda kebingungan.

Lamaran sekar bak “Cinderella” dari Jawa atau kisah Mariya Qibtiya (seorang budak) yang dinikahi kanjeng nabi. Bagi hadi sekar itu tak seperti mawar yang dapat langsung dilihat keindahan pesonanya. Namun bak “Gadis Jahe”. Ia tumbuh dalam tanah, tidak tampak oleh mata, tersembunyi dalam bumi, walau di tempat gelap dan sunyi ia mampu memunculkan kembang yang berwarna putih agak merah muda dan kembang itu saat ini tubuh dalam hati hadi. Kebahagiaan sekar dan hadi laiknya legenda budaya Jawa “Mimi lan Mintuna” yang menggambarkan kesetiaan pada pasangan.

Di hari pernikahannya hadi tak percaya bahwa sekar pula dapat bahasa Perancis tatkala membalas sapaan ajeng (orang yang sangat memendam cinta pada hadi sejak kuliah). Sekar pula dapat bahasa Inggris sebab ia dahulu pernah menjuarai debat bahasa Inggris se-DIY.

Kisahnya bersama ajeng belum usai. Pepatah Jawanya seperti ini, “Kesrimpet bebed, kesandung gelung.” Menggambarkan laki-laki yang sudah berumah tangga namun terjerat cinta wanita lain di luar pernikahannya. Ajeng lupa kata-kata hadi, “Trenso kui kaya criping telo. Iso ajur yen kowe ora ati-ati le nggawa.” Di sisi lain sekar tahu kalau ada pesan di HP hadi yang bertuliskan love you. Hadi menenangkan hati sekar dengan berkata, “Lihatlah pantai dan ombak ini. Meski mereka berkelana namun akan terus kembali ke pelukannya. Tidak ada pantai tanpa ombak sebagaimana sekar dan hadi.”

Filosofi dalam Novel Canting Fissilmi Hamida

Filosofi hadi yang pernah dikatakan pada ajeng ialah tentang frekuensi. Kita dapat menikmati dari satu gelombang ke gelombang lain. Bila kita suka bahkan iklan atupun gangguan gelombang kita tetap suka. Ada pula filosofi mengaduk kopi dengan sendok yang artinya, “Sendhekno marang sing kuasa.” Kewajiban kita setelah ikhtiar ialah menyerahkannya pada yang di atas. Kopi tersebut didiamkan sebentar supaya adem artinya ati digowo lerem. Setelah melewatinya, disruput yang artinya sedaya rubeda bakal luput, segala godaaan mudah-mudahan terhindar.

Hadi berucap, “Tak ada pernikahan tanpa godaan dan tanpa cobaan”. Laiknya “Sumpit” yang harus sepasang dan sama panjangnya. Perhatikan ketika sumpit digunakan, satunya gerak, satunya diam. Maka bila dilanda kemarahan, bila satunya marah, satunya lagi diam. Dalam mengambil makanan sumpit pasti harus berpasangan. Apapun rasa makannya, bentuknya, semua dirasakan bersama. pahit, getir, masalah apapun itu.

Hubungan sekar dengan bapaknya memang tak terlalu baik sebab bapaknya lebih senang mendapatkan anak lelaki dari pada anak wanita dan ketiga anak lelakinya telah meninggal. Simboknya menasehati sekar untuk selalu berbuat baik sebagaimana Sura Dira Jayadiningrat, “Lebur dening pangastuti.” yaitu kerasnya hati kelak akan kalah oleh kesabaran dan kelembutan hati.

Dilanjut, filosofi teh yang belum diaduk, awalnya terasa pahit, namun terakhir sisa gula yang terendap akan terasa manis sekali. Sama halnya bila Gusti Pangeran berikan kita ujian dengan rupa sesuatu yang pahit untuk dirasakan maka bila tabah menjalani, sabar menghadapi, kelak akan manis nantinya. Sekar ingat restu simboknya bahwa dengan tak lantas menghancurkan cita-citanya untuk sekolah lagi namun suami dapat membimbing untuk lebih maju. Sebagaimana hadi yang mengajak sekar untuk kembali sekolah.

Kanjeng ibu (ibunya hadi) ternyata pernah mengenalkan dan mengajari sekar membatik ketika usia 7 tahun. Ada alat batik namanya gawangan kayu yang berguna untuk menaruh kain mori agar dapat untuk membatik di atasnya, berbentuk seperti papan jemuran. Ada anglo yang digunakan untuk menyalakan api dan memaskan lilin agar cair. Bahan bakarnya pakai arang bukan pakai kayu dan diaduk di wajan kecil. Canting digunakan untuk menggambar sebagaimana fungsi kuas cat air.

Kemudian ada tiga filosofi canting. Gagang yang berarti keimanan manusia pada Tuhan. nyamplung yaitu tempat cairan malam yang berarti seharusnya manusia membesarkan hati, menampung segala uji dan coba dalam hidupnya. Cucuk canting yang bila digunakan tergesa-gesa akan segera habis dengan hasil yang tak maksimal namun bila digunakan dengan pelan dan cermat maka keindahan paripurna akan tercipta.

Ada kalanya hidup seperti tembang megatruh yang artinya terpisahnya jiwa dan raga. “Datan setik lamun kataman, datan susah lamu kelangan.” Artinya jangan gampang sakit hati, ketika musibah datang menghampiri, jangan terus meletakkan kesedihan dihatimu ketika kehilangan sesuatu. Sekar berkata, “Urip rekoso gelem, mukti uga dapat, sabaya mukti, sabaya pathi.” Artinya hidup dalam kesusahan tersedia, hidup makmur juga dapat, sehidup semati dalam suka maupun duka. Ada lagi filosofi bunga melati yang dalam Jawa berarti mlathi (rasa melat saka njero ati) berarti berucap dan berbicara selalu tulus dari hati nurani. Hadi membawakan sekar kembang melati kesukaannya ketika ulang tahun ke 19.

“Gusti paring pitedah, dapat lewat susah, dapat lewat bungah”. Artinya Tuhan berikan ujian dapat melalui kesusahan atau ujian kebahagiaan. Jiwa hadi kembali lagi setelah musibah menerpanya. Sekar menuntun jalannya agar tak lupa jalan pulang. Hadi memuji mata sekar, “Mripate ndamar kanginan, idepe tumenga ing tawang.” Sekar selama ini tak pernah meminta hadiah, namun hadi memaksanya, lalu sekar meminta hadiah untuk menghidupkan the House of Sundari yang tiga bulan ini vakum sebab kebakaran gudang sekaligus menciptakan brand usahanya sendiri. sekar dapat menjahit dan tertarik dengan seni. Kata hadi, “Kadang hidup seperti jamu pahitan”. Pahit sekali namun membuat kita lebih kuat dari sebelumnya.

Ikatan pernikahan berjalan untuk memajukan, bukan mengekang, untuk melejitkan potensi bukan membatasi. Jalan Urip Sumoharjo, Klitren, Gondokusuman atau populer disebut Jalan Solo menjadi saksi sekar mencari kain project pertamanya, sekar suka seni dan menjahit. Kain pale turquoise, salah satu jenis warna biru kesukaan sekar. Filosofi kain oleh hadi dijadikan seperti pernikahan mereka. Kain yang sebelum jadi pakaian elok harus melewati proses panjang, dari pintalan benang, tusukan jarum, robekan gunting berkali-kali dan rasanya sakit. Filosofi sekar seperti bambu. Jenis rumput ini lentur tapi dapat mengokohkannya dari terpaan angin.

Sekar diingatkan agar “Ojo obah yen atimu keprayah. Aluwung meneng nganti atimu lerem.” Artinya jangan bertindak ketika hatimu didera emosi, lebih baik diam sampai hatimu tenang lagi. cinta itu menguatkan. Saat ajeng hadir lagi untuk minta dimadu hadi. Hadi menguatkan hati sekar dengan mengibaratkan sekar seperti mutiara. Bertahun-tahun ditempa dalam kegelapan perut kerang yang berada pekat di dasar laut lalu menjadi keindahan paripurna. Hadi tak akan tergoda dengan perhiasan lain sebab baginya sekar ialah mutiara yang ia selami dengan susah payah di dalamnya samudra. “Gusti paring dalan kanggo uwong sing gelem ndalan.” Artinya Tuhan akan berikan jalan kepada siapa juga yang berjalan di atas kebenaran.

Di Kota Bath, Somerset, Inggris Hadi menggendong sekar di atas Pulteney Bridge atau jembatan sepanjang 45 meter yang melintasi sungai Avon. Kota Bath adalah kota paling romantis dan menawan di Inggris dengan arsitektur klasik ala Georgian Architecture. Ada taman anggun nuansa klasik bernama Prior Park, The Roman Baths dengan kolam bagian tengahnya seperti Taman Sari di Yogyakarta. Sekar berpisah 3 bulan dari hadi untuk menempuh kursus intensif di Brintish Academy of Fashion Design di Mayfair, London sedangkan hadi mengelola bisnis baru yaitu sovenir dengan tulisan pepatah Jawa melalui brand sekarhadi.

Hadi membawa sekar ke Britania Raya dengan melatih soal IELTS secara privat. Tumpukan buku cambridge IELTS dan longman IELTS kadang membuat sekar frustasi di tengah prosesnya. Sekar pernah ditegur ketika writing part 1 sebab sekar menulis opini dan bukan trand. Sampai-sampai sekar bilang untuk berhenti saja. Namun, hadi bersabar untuk mengajarinya dan kembali meyakinkan impian sekar, menguatkan hati sekar. Di britania raya sekar pula mengambil workshop dengan Julian Robert (desainer inggris) yang pula jadi dosen di Royal College of Art, london dan pernah lima kali menyabet penghargaan Brintish Fashion Chourcil’s New Generation Award. Julian menciptakan teknik substraction cutting atau dikenal dengan teknik potongan zero waste. Di sana, hadi masih sama, orang yang sangat romantis, berikan kejutan setangkai mawar merah ketika ulang tahun sekar ke 22 tahun di depan khalayak ramai.

Novel ini mencoba mengenalkan khalayak pada budaya Jawa terutama tentang batik, peralatan batik khususnya canting, nilai filosofi yang terkadung di dalamnya sehingga sangat hayati bagi jalan hidup manusia serta ragam budaya Jawa dan tanah Yogyakarta. Tidak lupa sosiologis Inggis sebagai pelabuhan baru sekar meniti karir dimunculkan. Beberapa pitutur Jawa, pepatah Jawa, kiasan, sebelas tembang macapat turut mewarnai. Novel ini secara luas, menceritakan tentang biduk hunian tangga. Ada cobaan dan godaan baik dari keluarga maupun orang ketiga, namun saat kepecayaan dan cinta menguasai keduanya. Maka ikatan mereka akan kokoh. Bagaimana juga ombak datang dan badai menghantam. Panggilan unik yang diberikan hadi kepada sekar seperti gadis jahe, mutiara, bambu, sigaring nyawaku, menjadi satu gletaran yang menarik bagi pembaca ketika membaca novel ini sampai usai. Jadi selamat membaca dan dijamin seru.

SINOPSIS NOVEL CANTING KARYA FISSILMI HAMIDA

Novel besutan Fissilmi Hamida yang berjudul Canting ini, ialah sebuah novel yang mengisahkan cerita cinta dua anak manusia yang tak biasa, sebab percintaan mereka terhalang oleh status sosial yang disandang baik Sekar maupun Hadi.

Ialah Sekar, seorang rewang yang sudah dari kecil mengabdi pada keluarga Hadi. Sementara Hadi ialah seorang pemuda, dengan pendidikan tinggi yang jatuh cinta pada kesederhanaan dan sikap lembut khas gadis Jawa.

Hadi, yang adalah seorang putra mantan lurah dan mempunyai pendidikan yang tinggi hingga S2 ternyata jatuh cinta pada Sekar yang hanya lulusan SMA dan masih berusia 18 tahun.

Sekar yang merasa terpaksa dengan Hadi, sebab desakan orang tua, harus menyingkirkan
impian-impian dan rencana besar dalam hidupnya.

Meskipun Sekar hanya gadis desa, namun ia mempunyai cita-cita dan harapan besar. Dia tidak
menyangka kalau bapaknya sendiri yang telah tega menghancurkan harapan dan cita-citanya.

Jogjakarta yang adalah salah satu tempat bersejarah dipilih menjadi setting novel ini.

Sekar yang kalem, sopan, namun berpendirian telah membuat hati seorang majikan jatuh cinta
kepadanya. Namun mengingat status keduanya yang seperti langit dan bumi, hati Sekarpun bimbang dan ragu.

Pantaskah ia bersanding dengan Hadi? Sang putra majikan. Sementara ia hanya seorang rewang alias pembantu ?

Apa yang membuat putra majikannya itu memilih Sekar yang lulusan SMU di banding Ajeng yang seorang Dokter? Siapa juga Ajeng yang ternyata diam-diam berharap cintanya tak bertepuk sebelah tangan

Novel seru karya Fissilmi Hamida ini akan membuatmu tak dapat tidur sebelum selesai
membacanya. Lantas, bagaimanakah kelanjutan kisah cinta mereka?

Apa lagi dengan tanpa persetujuan darinya, Bapak telah menerima lamaran seorang laki-laki. Haruskah Sekar
menerimanya?

Akankah Sekar dapat menerima Hadi dengan tulus dan ikhlas saat mimpinya harus dikubur secara
paksa?


Order Novel

Comments